Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara.Dengan populasi sebesar 237 juta jiwa pada tahun 2010 Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung.
BEBERAPA KEHEBATAN "INDONESIA" JAMAN DAHULU
1. Borobudur: bukti kecanggihan teknologi
dan arsitektur
Borobudur adalah candi yang
diperkirakan mulai dibangun sekitar 824 M oleh Raja Mataram bernama
Samaratungga dari wangsa Syailendra. Borobudur merupakan bangunan candi yang
sangat megah.
Tidak dapat dibayangkan
bagaimana nenek moyang kita membangun Borobudur yang demikian berat dapat
berdiri kokoh dengan tanpa perlu memakukan ratusan paku bumi untuk mengokohkan
pondasinya, tak terbayangkan pula bagaimana batu-batu yang membentuk Borobudur
itu dibentuk dan diangkut ke area pembangunan di atas bukit.
Bahkan dengan kecanggihan yang
ada pada masa kini, sulit membangun sebuah candi yang mampu menyamai candi
Borobudur. Borobudur juga mengadopsi Konsep Fraktal.
Fraktal adalah bentuk geometris
yang memiliki elemen-elemen yang mirip dengan bentuknya secara keseluruhan.Candi
borobudur sendiri adalah stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari
stupa-stupa lain yang lebih kecil. Terus hingga ketidakberhinggaan. Sungguh
mengagumkan nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan seperti itu. Bangunan
Candi Borobudur benar-benar bangunan yang luar biasa.
2. Kapal Jung Jawa: Teknologi kapal
raksasa
Jauh sebelum Cheng Ho dan
Columbus, para penjelajah laut Nusantara sudah melintasi sepertiga bola dunia.
Meskipun sejak 500 tahun sebelum Masehi orang-orang China sudah mengembangkan
beragam jenis kapal dalam berbagai ukuran, hingga abad VII kecil sekali peran
kapal China dalam pelayaran laut lepas.
Dalam catatan perjalanan
keagamaan I-Tsing (671-695 M) dari Kanton ke Perguruan Nalanda di India Selatan
disebutkan bahwa ia menggunakan kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu
menguasai lalu lintas pelayaran di ”Laut Selatan”.
Pelaut Portugis yang menjelajahi
samudera pada pertengahan abad ke-16 Diego de Couto dalam buku Da Asia, terbit
tahun 1645 menyebutkan, orang Jawa lebih dulu berlayar sampai ke Tanjung
Harapan, Afrika, dan Madagaskar.
Ia mendapati penduduk Tanjung
Harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat seperti orang Jawa. ‘Mereka mengaku
keturunan Jawa,’ kata Couto, sebagaimana dikutip Anthony Reid dalam buku
Sejarah Modern Awal Asia Tenggara.
Berdasarkan relief kapal di
Candi Borobudur membuktikan bahwa sejak dulu nenek moyang kita telah menguasai
teknik pembuatan kapal. Kapal Borobudur telah memainkan peran utama dalam
segala hal dalam bahasa Jawa pelayaran, selama ratusan ratus tahun sebelum abad
ke-13.
Memasuki abad ke-8 awal, kapal
Borobudur digeser oleh Jung besar Jawa, dengan tiga atau empat layar sebagai
Jung. Kata ‘Jung’ digunakan pertama kali dalam perjalanan biksu Odrico jurnal,
Jonhan de Marignolli, dan Ibn Battuta berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14.
Mereka memuji kehebatan kapal Jawa raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dari karya kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku.
Mereka memuji kehebatan kapal Jawa raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dari karya kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku.
Disebutkan, jung Nusantara
memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat serta mampu
menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis.
Bobot jung rata-rata sekitar 600
ton, melebihi kapal perang Portugis. Jung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya
mencapai 1.000 ton yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Nusantara untuk
menyerang armada Portugis di Malaka pada 1513. Bisa dikatakan, kapal jung
Nusantara ini disandingkan dengan kapal induk di era modern sekarang ini.
3. Keris: kecanggihan teknologi penempaan
logam
Teknologi logam sudah lama
berkembang sejak awal masehi di nusantara. Para empu sudah mengenal berbagai
kualitas kekerasan logam. Keris memiliki teknologi penempaan besi yang luar
biasa untuk ukuran masyarakat di masa lampau.
Keris dibuat dengan teknik
penempaan, bukan dicor. Teknik penempaan disertai pelipatan berguna untuk
mencari kemurniaan besi, yang mana pada waktu itu bahan-bahan besi masih
komposit dengan materi-materi alam lainnya.
Keris yang mulanya dari lembaran
besi yang dilipat-lipat hingga kadang sampai ribuan kali lipatan sepertinya
akan tetap senilai dengan prosesnya yang unik, menarik dan sulit. Perkembangan
teknologi tempa tersebut mampu menciptakan satu teknik tempa Tosan Aji ( Tosan
= besi, Aji = berharga).
Pemilihan akan batu meteorit
yang mengandung unsur titanium sebagai bahan keris, juga merupakan penemuan
nenek moyang kita yang mengagumkan. Titanium lebih dikenal sebagai bahan
terbaik untuk membuat keris karena sifatnya ringan namun sangat kuat.
Kesulitan dalam membuat keris
dari bahan titanium adalah titik leburnya yang mencapai 60 ribu derajat
celcius, jauh dari titik lebur besi, baja atau nikel yang berkisar 10 ribu
derajat celcius.
Titanium ternyata memiliki
banyak keunggulan dibandingkan jenis unsur logam lainnya. Unsur titanium itu
keras, kuat, ringan, tahan panas, dan juga tahan karat.
Unsur logam titanium baru
ditemukan sebagai unsur logam mandiri pada sekitar tahun 1940, dan logam yang
kekerasannya melebihi baja namun jauh lebih ringan dari besi. Dalam peradaban
modern sekarang, titanium dimanfaatkan orang untuk membuat pelapis hidung
pesawat angkasa luar, serta ujung roket dan peluru kendali antar benua.
4. Benteng Keraton Buton: Arsitektur
bangunan untuk pertahanan
Di Buton, Sulawesi Tenggara ada
Benteng yang dibangun di atas bukit seluas kurang lebih 20,7 hektar. Benteng
yang merupakan bekas ibukota Kesultanan Buton ini memiliki bentuk arsitek yang
cukup unik, terbuat dari batu kapur.
Benteng yang berbentuk lingkaran
ini memiliki panjang keliling 2.740 meter. Benteng ini memiliki 12 pintu
gerbang dan 16 pos jaga / kubu pertahanan (bastion) yang dalam bahasa setempat
disebut baluara.
Tiap pintu gerbang (lawa) dan
baluara dikawal 4-6 meriam. Jumlah meriam seluruhnya 52 buah. Pada pojok kanan
sebelah selatan terdapat godana-oba (gudang mesiu) dan gudang peluru di sebelah
kiri.
Letaknya pada puncak bukit yang
cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai
tempat pertahanan terbaik di zamannya. Benteng ini menunjukkan betapa hebatnya
ahli bangunan nenek moyang kita dalam membuat teknologi bangunan untuk
pertahanan.
5. Si Gale gale: Teknologi Robot
tradisional Nusantara
Orang Toba Batak Sumatra utara
pada zaman dahulu sudah bisa membuat robot tradisional yang dikenal dengan
sebutan si gale-gale. Boneka ini menguasai sistem kompleks tali yang dibuat
sedemikian rupa. Melalui tali yang ditarik ulur inilah boneka itu dapat
membungkuk dan menggerakan “tangannya” sebagai mana layaknya orang menari.
Menurut cerita, Seorang Raja
dari Suku Karo di Samosir membuat patung dari kayu untuk mengenang anak
satu-satunya yang meninggal dunia. Patung kayu tersebut dapat menari-nari yang
digerakkan oleh beberapa orang. Sigale – gale dimainkan dengan iringan musik
tradisional khas Batak.
Boneka yang tingginya mencapai
satu setengah meter tersebut diberi kostum tradisional Batak. Bahkan semua
gerak-geriknya yang muncul selama pertunjukan menciptakan kesan-kesan dari
contoh model manusia.
Kepalanya bisa diputar ke
samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya dapat bergerak, kedua tangan bergerak
seperti tangan-tangan manusia yang menari serta dapat menurunkan badannya lebih
rendah seperti jongkok waktu menari.
Si gale-gale merupakan bukti
bahwa nenek moyang kita sudah dapat membuat boneka mekanikal atau robot walau
dalam bentuk yang sederhana. Robot tersebut diciptakan untuk dapat meniru
gerakan manusia.
6. Pengindelan Danau Tasikardi, Banten :
Kecanggihan Teknologi Penjernihan Air
Nenek moyang kita ternyata sudah
mengembangkan teknologi penyaringan air bersih. Sekitar abad ke16-17 Kesultanan
Banten telah membangun Bangunan penjernih air untuk menyaring air yang berasal
dari Waduk Tasikardi ke Keraton Surosowan.
Proses penjernihannya tergolong
sudah maju. Sebelum masuk ke Surosowan, air yang kotor dan keruh dari Tasik
Ardi disalurkan dan disaring melalui tiga bangunan bernama Pengindelan Putih,
Abang, dan Emas.
Di tiap pengindelan ini, air
diproses dengan mengendapkan dan menyaring kotoran. Air selanjutnya mengalir ke
Surosowan lewat serangkaian pipa panjang yang terbuat dari tanah liat dengan
diameter kurang lebih 40 cm.
Terlihat sekali bahwa pada masa
tersebut sudah mampu menguasai teknologi pengolahan air keruh menjadi air layak
pakai.
Danau Tasik Ardi sendiri
merupakan danau buatan. Sebagai situs sejarah, keberadaan danau ini adalah
bukti kegemilangan peradaban Kesultanan Banten pada masa lalu.
Untuk ukuran saat itu, membuat
waduk atau danau buatan untuk mengairi areal pertanian dan memenuhi kebutuhan
pasokan air bagi penduduk merupakan terobosan yang cemerlang.
7. Karinding: Teknologi pengusir hama
dengan gelombang suara
Ternyata nenek moyang dan
leluhur kita mempunyai suatu alat musik tiup tradisional yang berfungsi sebagai
hiburan sekaligus pengusir hama.
Alat musik dari Sunda ini
terbuat dari pelepah kawung atau bambu berukuran 20 x 1 cm yang dipotong
menjadi tiga bagian yaitu bagian jarum tempat keluarnya nada (disebut cecet
ucing atau ekor kucing), pembatas jarum, dan bagian ujung yang disebut
panenggeul (pemukul).
Jika bagian panenggeul dipukul,
maka bagian jarum akan bergetar dan ketika dirapatkan ke rongga mulut, maka
akan menghasilkan bunyi yang khas.
Alat ini bukan cuma untuk
menghibur tapi juga ternyata berfungsi mengusir hama di kebun atau di ladang
pertanian. Suara yang dihasilkan oleh karinding ternyata menghasilkan gelombang
low decibel yang menyakitkan hama sehingga mereka menjauhi ladang pertanian.
Frekuensi suara yang dikeluarkan
oleh alat musik tersebut menyakitkan bagi hama tersebut, atau bisa dikatakan
frekuensi suaranya melebihi dari rentang frekuensi suara hama tersebut,
sehingga hama tersebut akan panik dan terganggu konsentrasinya.
Kecanggihan Karinding sebagai
bukti bahwa nenek moyang kita sejak dulu sudah mampu menciptakan alat yang
menghasilkan gelombang suara. Ini adalah alat mengusir hama yang aman bagi
lingkungan. Dibutuhkan perhitungan yang teliti untuk menciptakan alat musik
seperti itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar